Menangkal Berita Hoax Ala Socrates
Siapa Socratae?........
Tahukah anda siapa Socrates?.....
Iya. Benar, Socrates Filsuf berkebangsaan Yunani maha gurunya Plato. Socrates yang masyhur dijuluki si dukun beranak, bukan dalam makna membantu ibu-ibu hamil dalam melahirkan anak-anaknya, melainkan membantu anak-anak muda Yunani dalam melahirkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang cemerlang. Meski akhir hidupnya tragis dan memilukan yakni dipaksa minum racun, tetapi namanya lebih terkenal setelah kematiannya dibanding semasa hidupnya. Ide-ide dan buah pemikiran Socrates diabadikan oleh muridnya yang bernama Plato yang mana di kemudian hari Plato melahirkan seorang murid brilian yang bernama Aristoteles.
Di Yunani kuno, Socrates terkenal memiliki pengetahuan yang tinggi dan sangat dihormati utamanya oleh kalangan anak-anak muda. Saya mengajak para pembaca untuk sama-sama menyimak kisah dari filusuf bijak ini.
Sudah siap?
Seruput dulu kopi pagimu, teman.
Dikisahkan suatu hari ada seorang kenalan dari teman Socrates yang datang untuk bertemu dengan filusuf besar itu dan berkata, “Tahukah Anda apa yang saya dengar tentang teman Anda?”
“Tunggu sebentar,” Socrates menjawab, “Sebelum Anda menceritakan apa pun yang Anda dengar tentang temn saya, saya mau memberikan suatu tes sederhana yang dikenal triple filter test.”
Pertama adalah filter KEBENARAN.
“Apakah Anda yakin bahwa apa yang akan Anda katakan tentang teman saya pada saya itu benar?”
“Tidak, sebenarnya saya hanya mendengar tentang temanmu itu dari orang lain,” jawab orang itu.
“Baik.” jawab Socates. “Jadi. Anda tidak yakin itu benar. Sekarang saya akan memberikan filter yang kedua.”
Filter kedua adalah KEBAIKAN.
“Apakah yang akan Anda katakan tentang teman saya itu sesuatau yang baik?”
“Tidak, malah sebaliknya.”
Jadi, Socraets melanjutkan. “Anda akan menceritakan sesuatu yang buruk tentang teman saya tapi Anda sendiri tidak yakin bahwa itu sebuah kebaikan. Yang terakhir Anda masih memiliki satu filter lagi.”
Filter ketiga adalah KEMANFAATAN.
“Apakah yang akan Anda katakan tentang teman saya itu akan bermanfaat bagi saya?”
“Tidak, sama sekali tidak.”
“Lalu, bila Anda ingin menceritakan sesutau yang belum tentu benar, bukan tentang kebaikan, dan bahkan tidak membawa kemanfaatan bagi saya, mengapa Anda harus menceritakan itu pada saya?” tegas Socrates
Orang tersebut diam tidak bisa berkata-kata lagi.
Mari sama-sama kita urai pelajaran yang kita dapat dari kisah Filsuf besar ini.
Janganlah kita tergesa-gesa dalam menyebarkan berita. Pada masa kini, ketika arus informasi sedemikian mudahnya, tidak jarang saudara-saudari kita, atau mungkin kita sendiri sering kali tanpa berpikir panjang langsung menyebarkan semua berita dan informasi yang kita terima, baik berita atau informasi di dunia maya atau dunia nyata tanpa terlebih dahulu meneliti kebenarannya, kebaikannya, dan kemanfaatannya.
Kita dengan sangat mudah membagikan berita, entah dengan menggunakan media sosial semacam aplikasi faceebook atau whatsapp atau melalui media lainnya. Akibatnya tak jarang muncullah berbagai macam kerusakan yang saat ini tengah kita saksikan, seperti kekacauan, provokasi, ketakutan, atau kebingungan di tengah masyarakat akibat penyebaran berita semacam itu.
Kemudian andai kata kita sudah memastikan kebenarannya, apakah berita itu akan kita sebarkan begitu saja? Jawabannya tentu saja tidak, akan tetapi kita lihat terlebih dahulu kebaikan dan kemanfatannya dari menyebarkan berita tersebut. Jika tidak ada kebaikan dan kemanfaatan atau bahkan menimbulkan salah faham dalam skala besar, keresahan atau kekacauan di tengah-tengah masyarakat dan hal-hal yang tidak diinginkan lainnya, maka hendaknya tidak disebarkan dan alangkah baiknya diam.
Penting bagi setiap dari kita baik pemberi, penyebar atau penerima berita, untuk menggunakan triple filter test di cerita Filsuf tadi. Setiap kali kita mendengarkan sesuatu atau membaca sesuatu jika bukan kebenaran, bukan kebaikan dan tidak ada manfaat, maka tidak perlu kita terima. Apabila kita terlanjur mendengarnya jangan sampaikan pada orang lain dan jangan menyakiti hati orang lain.
Sikap daripada Triple Filter Test ini dalam hemat penulis merupakan sikap kritis, dalam makna lain kita harus siap dan berani menganalisis dan mengkaji terlebih dahulu semua pernyataan atau berita yang didapatkannya itu. Jika ada suatu ucapan yang mashur di tengah-tengah manusia, maka hal itu bukan berarti bahwa kita harus menerima ucapan itu mentah-mentah. Meskipun disampaikan dengan cara indah dan meyakinkan, terlebih-lebih dalam urusan agama yang begitu sensitif bagi sebagian warga Indonesia.
Sumber gambar: https://unsplash.com/s/photos/socrtes
Trimakasih telah membaca tulisannya. Semoga bermanfaat dan semoga hari-hari kita menyenangkan. Aamiin
mantap bener. Triple Filter Test adalah cara yang bijak dalam bermedia sosial