Sebelumnya kita sudah mengenal dekat dengan kader. Siapa mereka dan bagaimana mereka terbentuk. Seorang kader yang aktif adalah orang yang mampu mewujudkan cita-cita para pendiri lembaga itu sendiri. Misalnya Muhammadiyah dengan KH. Ahmad Dahlan, NU dengan KH. 'Asyim-Nya, FPI dengan Habib Rezieq-nya.
Namun ketika kader membelok dari cita-cita para pendiri, maka sangat wajar jika kita persoalkan. Kader yang hanya menopang nama lembaga agar mudah mendapatkan jobs atau projects.
Ada juga kader yang mau kerja kalau ada duit dan ada maunya. Semua di hitung dengan materi, jika tidak sesuai maka dia akan berkoar-koar dan bahkan mempengaruhi yang lain untuk melakukan tindakan kejahatan. Kader yang begini sering terjadi di partai politik, dimana korupsi jadi sistematis. Hal ini semua dilakukan hanya untuk keuntungan pribadi dan kelompoknya, tidak mau tahu apa itu merugikan lembaga atau tidak.
Model kader yang paling parah adalah ketika dia berpura-pura baik dan santun didepan para petinggi lembaga. Namun menusuk dari belakang lewat orang-orang yang dia percaya. Dia menyiapkan kelompoknya untuk berkoar-koar agar memprotes ini dan itu. Agar menghasilkan kebijakan sesuai dengan yang ia inginkan.
Ketika hal yang dia mau didapatkan maka orang-orangnya akan mendapatkan imbalan baik jabatan tertentu ataupun hadiah lainnya. Model kader seperti ini juga berusaha menyingkirkan orang-orang yang berlawanan dengan dia. Tidak mau tahu apa orang yang disingkirkan itu sangat berjasa, kredibel, profesional dan berpotensi. Namun hakikat serakah kader ini, membuat lembaga salah menyingkirkan kader atau membuat tidak nyaman para kader sesungguhnya.
Kader yang tidak tulus akan merusak lembaga dan bisa juga berujung kudeta pada lembaga. Tetapi kembali lagi ke lembaga,bagaimana membina dan mendidik kadernya. Jangan sampai lembaga salah arah, apalagi sampai menyingkirkan yang mestinya di pertahankan. Intinya selamatkan para kader anda. Minimal hargailah kerja keras dan pengabdian mereka.
Bekasi, Sabtu 06 Februari 2021.