Bagi kalian yang suka investasi di platform Decentralized Exchange (DEX) atau Yield Aggregator pasti sudah tidak asing dengan istilah Impermanent Loss (IL). Walaupun sering dengar, tetapi tidak banyak yang benar-benar paham apa sih arti dari IL, kapan kita akan terkena IL, dimana dan kerugian seperti apa yang bisa kita alami jika terkena IL?
Pada tulisan kali ini, SharingCrypto akan membahas pengertian; kapan dan dimana IL terjadi; dampak terhadap investor dan bagaimana kita dapat memanfaatkan IL ini untuk memaksimalkan hasil dari investasi kita. Kalau ga tau rugi banget deh.
Disclaimer: kesamaan nama atau nasib hanya kebetulan belaka.
Decentralized Exchange
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang IL, kita perlu memahami apa itu Decentralized Exchange (DEX). Secara umum, DEX adalah pasar peer-to-peer (P2P) yang menghubungkan pembeli dan penjual cryptocurrency, sama seperti Tokocrypto atau Binance.
Perbedaan mendasar antara DEX dengan Tokocrypto atau Binance adalah, pada Tokocrypto atau Binance terdapat pihak ketiga (si perusahaan itu sendiri) yang memberikan layanan, memonitor dan meregulasi seluruh aktivitas jual beli, sedangkan pada DEX tidak ada karena seluruh aktivitas di DEX berjalan secara otomatis dan terdesentralisasi. Karena sifatnya yang tersentralisasi, Tokocrypto dan Binance biasa disebut sebagai Centralized Exchange (CEX).
Sifat DEX yang terdesentralisasi ini memberikan beberapa keuntungan, diantaranya adalah anonimitas, karena kita tidak perlu melakukan KYC (Know Your Customer) seperti di CEX. Keamanan, karena kita tetap dapat menyimpan private key kita sendiri dan terhindar dari manipulasi karena tidak dikontrol oleh satu pihak tertentu.
Yang jadi pertanyaan, kalau tidak ada yang mengelola, lalu bagaimana platform tersebut bisa bekerja dan memberikan layanan jual beli cryptocurrency? Semua itu dimungkinkan karena DEX memiliki Automated Market Maker (AMM).
Automated Market Maker
Dalam perdagangan benda fisik seperti barang kebutuhan pokok dipasar, kita memerlukan adanya pembeli jika ingin menjual, sehingga proses transaksi tidak akan pernah terjadi jika tidak ada yang mau beli (gak laku), begitupun sebaliknya jika kita ingin membeli.
Nah untuk dipasar aset digial, ada pihak yang dinamakan Market Maker atau Liquidity Provider yang akan selalu membeli pada saat ada yang mau menjual dan selalu menjual pada saat ada yang mau membeli. Pihak yang satu ini kalau di Indonesia biasa disebut sebagai bandar.
Tetapi istilah bandar di Indonesia juga terdapat beberapa pengertian, selain sebagai Market Maker, bandar juga diartikan sebagai pemain yang memiliki dana besar yang mampu mengontrol harga pasar dan cenderung melakukan manipulasi untuk mendapat keuntungan. Kalau di crypto, mungkin padanannya adalah whale.
Lalu apa itu Automated Market Maker (AMM)? AMM secara sederhana dapat diartikan sebagai bandar yang bekerja secara otomatis. Dengan adanya “bandar otomatis” ini, maka aktivitas perdagangan/jual beli cryptocurrency dapat dilakukan secara otomatis dan tidak memerlukan adanya otoritas dari pihak tertentu.
Otomatisasi ini mungkin dilakukan karena DEX memiliki kumpulan aset crypto yang diatur oleh algoritma perdagangan tertentu dalam platform mereka. Kumpulan aset ini lah yang biasa disebut sebagai liquidity dan kita sebagai penyedia dana tersebut disebut liquidity provider (bandar). Yup dalam DEX, kita bisa berperan sebagai bandar tanpa harus punya dana Milyaran rupiah. Cool huh?
Liquidity Provider
Seperti disebutkan sebelumnya, pada platform DEX, kita sebagai investor kecil bisa berperan menjadi bandar dengan menjadi Liquidity Provider (LP) atau penyedia likuiditas. Bagaimana caranya untuk jadi LP? Sangat mudah, kita tinggal memilih pasangan crypto yang ingin kita investasikan.
Kenapa harus berpasangan? Karena dalam jual beli, pasti ada dua jenis crypto yang ditukarkan. Sebagai contoh, saat kita membeli BTC menggunkan USDT, ini berarti kita sedang menukar USDT menjadi BTC.
Setelah memilih pasangan yang kita inginkan (untuk tips bagaimana memilih akan dibahas dibagian selanjutnya dalam tulisan ini), kita tinggal menyediakan kedua aset crypto tersebut dalam nilai yang sama. Perlu diingat, yang sama adalah nilainya dalam US dolar, bukan jumlah tokennya.
Sebagai contoh jika kita ingin menjadi bandar di pair BNB/USDT sebesar 1000 US dolar, maka kita perlu membeli 1,25 BNB (setara 500 US dolar, dengan asumsi harga BNB = 400 US dolar) dan 500 USDT setara 500 US dolar juga. Setelah itu kita tinggal memasangkan dan menginvestasikannya ke DEX.
Sebagai bandar, kita tentu akan mendapatkan keuntungan, diantaranya: kita akan mendapatkan bagi hasil dari trading fee yang dikumpulkan oleh platform, selain itu biasanya kita juga bisa mendapatkan hadiah native token yang diberikan oleh platform sebagai insentif tambahan karena kita telah memberikan dukungan terhadap platform tersebut.
Selain keuntungan, menjadi bandar juga dibarengi dengan resiko yang harus ditanggung oleh bandar dan itulah topik utama tulisan ini, yaitu Impermanent Loss.
Impermanent Loss
Apa itu Impermanent Loss (IL)? IL adalah kerugian sementara (tidak permanen) yang muncul ketika kita menjadi bandar di DEX. Pada bagian sebelumnya, kita mengetahui bahwa LP bekerja dalam pasangan (pair), nah IL ini terjadi ketika harga salah satu crypto yang dipasangkan mengalami perubahan harga, relatif terhadap crypto pasangannya. Semakin besar perubahan perbedaan harga antara keduanya, semakin besar juga IL yang akan kita alami.
Meskipun disebut sebagai kerugian, sebenarnya ini adalah kerugian jika dibandingkan dengan kalau kita tidak menjadi bandar. Contoh kasarnya, saat kita punya BNB dan hodl, misalkan harga BNB naik dan kita untung 100 US dolar, nah kalau kita jadi bandar keuntungan kita hanya 95 US dolar, sehingga ada kerugian sebesar 5 US dolar yang seharusnya kita dapat kalau tetep hodl saja. Tapi secara keseluruhan keduanya tetap untung.
Lalu kalau hodl lebih untung, untuk apa jadi bandar? Tentu karena potensi keuntungan dari trading fee dan hadiah native token yang diberikan platform lebih tinggi dibandingkan dengan IL nya.
IL yang kecil dapat dicapai dalam dua kondisi, yaitu pada pasangan stablecoin, dimana kedua stablecoin yang dipasangkan akan mempertahankan nilainya sebesar 1 US dolar, sehingga secara teori tidak akan ada perbedaan harga yang terlalu signifikan diantara kedua token tersebut (IL rendah).
Kondisi kedua adalah jika harga dua token yang dipasangkan tersebut bergerak seirama, saat naik, naik bareng dan saat turun, turun bareng juga, seia sekata gitu deh. Solmet solmet. Untuk yang penasaran bagaimana detilnya, nih SharingCrypto kasih contoh ya.
Contoh
Untuk memahami secara detil bagaimana proses terjadinya IL, kita perlu memahami rumus yang digunakan oleh DEX dalam mengatur perdagangan dalam AMM tersebut. Rumusnya sebenarnya sangat sederhana. Jika kita keluarkan trading fee dari rumus, maka rumusnya adalah sebagai berikut:
Rumus ini digunakan agar perkalian dari dua likuiditas token setelah transaksi akan tetap sama dengan perkalian sebelum transaksi. Selain rumus tersebut, DEX juga menggunakan rumus:
Jika kita gabungkan kedua rumus diatas, maka kita dapat menentukan besaran setiap liquidity pada suatu harga tertentu. Dengan asumsi total likuiditas konstan, maka kita akan mendapatkan:
Supaya lebih jelas kita pakai contoh kasus. Misalkan ada jones, sebut saja Sodhikin, dia mau invest 200 US dolar ke DEX Uniswap. Misalkan harga 1 ETH saat itu adalah 100 DAI, maka Sodhikin sang jones akan membeli 1 ETH (senilai 100 US dolar) dan 100 DAI (senilai 100 US dolar juga).
Selain Sodhikin, tentu ada jones-jones lain juga yang ikut jadi bandar di pool ETH/DAI tersebut, katakanlah ada 100 ETH dan 10.000 DAI dalam pool tersebut. Total liquidity di pool tersebut adalah 20.000 US dolar, hal ini berarti Sodhikin memiliki 1% dari pool tersebut.
Nah apa yang terjadi kalau harga ETH tiba-tiba naik ke 120 US dolar? Berapa total investasi Sodhikin saat ini? Tanpa memperhitungkan keuntungan dari trading fee, maka kita dapat menghitung nilai investasi Sodhikin dengan menggunakan rumus diatas.
Liquidity ETH = 91,2871
Liquidity DAI = 10.952,4511
Dari angka tersebut terlihat bahwa kenaikan harga ETH membuat jumlah ETH dalam pool menurun (100 menjadi 91) dan meningkatkan jumlah DAI (10.000 menjadi 10.952). Selanjutnya, dikarenakan Sodhikin memiliki 1% dari total liquidity dalam pool tersebut, maka aset Sodhikin saat ini adalah 0,9129 ETH dan 109,54 DAI.
Kalau kita konversi ke US dolar nilainya (0,9129 x 120) + (109,54 x 1) = 219,09 US dolar. Lalu berapa IL-nya? Bukannya naik ya dari awalnya 200 sekarang 219? Nah makanya seperti dijelaskan sebelumnya, IL hanyalah kerugian jika dibandingkan kalau kita hanya hodl.
Kalau Sodhikin hodl aset dia tetap 1 ETH dan 100 DAI atau setara dengan 220 US dolar. Disini terdapat selisih sekitar 0,91 US dolar dan selisih inilah yang dinamakan Impermanent Loss.
Jika kedepannya harga ETH kembali ke harga awal, maka tentu saja IL juga akan kembali menjadi 0. Dari rumus diatas, kita juga dapat menurunkan rumus untuk menghitung IL sebagai berikut:
Jika kita tuangkan kedalam grafik, maka kurva dari IL akan terlihat seperti ini
Estimasi Kerugian
Sekarang kita sudah mengerti bahwa IL terjadi karena ada perubahan harga relatif terhadap pasangannya. Kira – kira berapa sih kerugiannya? Jika kita plotkan kedalam grafik, kita akan mendapatkan estimasi sebagai berikut (ingat nilai ini tidak memperhitungkan keuntungan dari trading fee dan kerugian adalah jika dibandingkan kalau kita hanya hodl):
• Perubahan harga sebesar 1,25x = 0,6% kerugian
• Perubahan harga sebesar 1,50x = 2,0% kerugian
• Perubahan harga sebesar 1,75x = 3,8% kerugian
• Perubahan harga sebesar 2x = 5,7% kerugian
• Perubahan harga sebesar 3x = 13,4% kerugian
• Perubahan harga sebesar 4x = 20,0% kerugian
• Perubahan harga sebesar 5x = 25,5% kerugian
Sebagai catatan tambahan, IL akan tetap muncul saat perubahan harga naik atau turun, jadi kenaikan sebesar 5x akan memberikan 25,5% kerugian, begitupun jika terjadi penurunan harga sebesar 5x. Karena angka tersebut belum memperhitungkan trading fee, maka sebenarnya ada juka keuntungan kalau kita menjadi bandar.
Keuntungan
Okey, capek kita bahas kerugian terus. Di bagian terakhir ini SharingCrypto akan coba mengulas sedikit tentang keuntungan menjadi bandar. Di bagian sebelumnya sudah disampaikan bahwa keuntungan menjadi bandar didapatkan dari dua sumber, yaitu trading fee dan hadiah native token dari platform.
Bagaimana cara kita memperkirakan berapa potensi keuntungan dari trading fee? Mudah saja, misalkan kita jadi bandar di Pancake Swap, tinggal lihat saja berapa volume 24H nya dan berapa trading fee yang diberikan kepada bandar.
Dari gambar diatas kita dapat melihat bahwa total volume pada pair CAKE/BNB adalah sebesar 35,87 Juta US dolar, dikarenakan pancake swap membrikan 0,25% trading fee kepada bandar, maka ada sekitar 89,67 Ribu US dolar yang dibagikan kepada bandar setiap harinya.
Misalkan Sodhikin punya 0.01% dari total liquidity pada pool tersebut, maka Sodhikin akan mendapat bagi hasil sebesar 89,67 US dolar setiap harinya. Note 0,01% untuk pool ini sekitar 72.444 US dolar atau sekitar Rp 1.035.949.200 (kurs 14.300).
Yang kedua, bagaimana kita melihat pair mana yang memberikan hadiah native token paling banyak? Kalau ini lebih gampang lagi, tinggal lihat saja yang memberikan % APY terbesar. Dari gambar dibawah ini kita dapat melihat bahwa pair CAKE/BNB memberikan imbal hasil sebesar 37,65% dan pair MCRN/BNB sebesar 257,48 %.
Tinggal pilih saja yang mana yang kita mau. Perlu diingat, jangan memilih koin yang aneh aneh ya, nanti kalau harganya jatuh, rugi banyak kita. Dan biasanya yang imbal hasilnya besar berarti resikonya juga besar.
Hal yang paling menarik adalah pair dengan stablecoin, coba kita review lagi case sodhikin diatas. Diawal Sodhikin memasukan 1 ETH dan 100 DAI, ini merupakan pair koin dengan stablecoin (DAI). Apa yang terjadi saat ETH naik ke 120? Sodhikin akan memiliki sedikit ETH dan lebih banyak DAI, sebaliknya, kalau ETH turun, maka Sodhikin akan memiliki lebih banyak ETH dan lebih sedikit DAI. Apa yang bisa kita tarik dari hal ini?
Menurut SharingCrypto, saat kita menjadi bandar di pair dengan stablecoin, kita sebenarnya sedang buy the dip. Semakin dalam penurunan ETH maka kita akan semakin banyak membeli ETH, begitu pun sebaliknya, saat harga naik kita otomatis Take Profit (TP) karena kita akan semakin banyak memiliki stablecoin.
Dengan mindset seperti ini, SharingCrypto sih malah lebih suka ambil pair dengan stablecoin, tapi memang IL akan semakin besar karena stablecoin harganya tidak naik dan tidak turun. Dalam kasus CAKE/BNB, harga CAKE dan BNB cenderung bergerak seirama, sehingga pair ini juga merupakan opsi yang bagus.
Kesimpulan
IL sebenarnya hanya pengurangan sedikit keuntungan jika dibandingkan kalau kita hodl.
Pengurangan keuntungan akibat IL dapat ditutupi dengan keuntungan dari bagi hasil trading fee dan hadiah native token, bahkan cenderung lebih besar.
Pengurangan keuntungan tersebut tidak permanen dalam artian masih ada peluang rasio harga akan kembali ke saat kita melakukan pairing.
IL dapat di minimalisir dengan memilih pasangan token atau koin yang bergerak bersamaan atau yang harga keduanya tetap (stablecoin).
Pasangan LP Token dengan stablecoin memberikan kita kemampuan untuk "auto buy the dip" dan "auto taking profit" IMO.
Nah bagaimana?, setelah mengetahui apa itu IL, apakah kalian masih enggan untuk jadi bandar?, ataukah sekarang malah tertarik untuk jadi bandar? Sebenarnya dunia perbandaran ini masih luas, karena algoritma perdagangan di DEX juga tidak semua sama, masih ada DEX lain yang lebih unik dan menawarkan produk yang menarik, tapi karena sudah kepanjangan, mungkin kita lanjut lain kali.
Yang mau tanya-tanya bisa comment atau gabung ke Telegram grup di @SharingCrypt0 (huruf O pakai angka 0). Sampai jumpa. Oh iya like dan share juga artikelnya ya. hehe
Referensi
https://pintail.medium.com/uniswap-a-good-deal-for-liquidity-providers-104c0b6816f2
https://academy.binance.com/en/articles/impermanent-loss-explained