Kado Terakhir

6 48
Avatar for wahyunugraha
2 years ago

Di ujung waktu senja, sang malam mulai menampakkan wajah dan ceritanya. Hawa dingin perbukitan hamparan kebun teh berhembus dengan mesra, langit biru mulai gelap gulita, bukan sekedar gelap malam, melainkan karena mendung tebal yang menggayut nampak bergantung di atas bukit dan menutupi langit, sedikit masih tersisa sinar cahaya senja berpendar samar di wajah cakrawala.

Sang rembulan hendak muncul dan awan malam laksana kubah agung di tengah-tengah langit, bumi menjadi semakin terang dari pada langit karena pantulan cahaya. Hamparan bukit kebun teh itu nampak diterangi cahaya remang-remang dan pucat yang memantul dari cakrawala. Keseluruhannya tampak seram, mengerikan, dan muram namun sangat mempesona.

Di teras rumah bagian depan yang menghadap pelataran hamparan safana, nampak seorang gadis berusia sekitar 25 tahun, gadis itu kedinginan, terlihat asap nafas dari mulutnya bersamaan dengan mengehembuskan oksigen, badannya sedikit gemetaran, merasakan dingin menerobos menusuk pori-pori kulit lengan dan pundak. Gadis itu bernama Naya, ia memegang sebuah foto dan sepucuk surat. Dari pintu keluar seorang ibu-ibu memakaikan sal dan selimut kepada gadis itu. Sudah hampir satu bulan Naya menghabiskan waktu senja dengan duduk termenung sendiri, merasa diri amat bersalah dan seakan-akan mati rasa. Dalam hatinya berkecamuk perasaan yang tak karuan, apa gerangan yang terjadi pada Naya?

6 Bulan sebelumnya

Jakarta di siang hari, gedung-gedung tinggi pencakar langit, lalu lintas berlalu-lalang, orang-orang bergerak dengan cepat untuk mencari dan mendapatkan uang. Kota yang dijuluki dengan kota tak pernah tidur, bagaimana tidak? dari mulai subuh buta sampai menjelang subuh suasana Jakarta tak pernah sepi dari orang-orang dengan kepentingan dan kebutuhannya masing-masing. Ada pula yang mengatakan jakarta sebagai ibu kota lebih kejam dibanding ibu tiri, entah dari mana julukan ini lahir, mungkin karena banyaknya kejadian naas, seperti pemerkosaan, tabrak lari, perampokan sampai pembunuhan.

Hari itu cuaca sangat panas, sinar matahari begitu menyengat. Asap asap dari pabrik menghalangi pemandangan indahnya warna langit. Sebagian manusia sulit menyadari realitas kehancuran lingkungan hidup yang ada di sekitarnya. Ini karena penghancuran penghancuran lingkungan hidup itu terjadi bersamaan dengan proses proses yang sedang mereka kerjakan sendiri yang sering bertujuan untuk membangun yang namanya masa depan. Padahal yang terjadi sebaliknya, tragedi masa depan itu justru sedang berjalan di depan manusia, dan mausia sendiri yang menjalankannya.

"Kamu mau minum apa, sayang?" tawar Qinan

"Masa gak tahu aku mau minum apa ikhh, kita kan sudah hampir tiga tahun bersama, sayang" Jawab Naya dengan nada sedikit manja

Qinan tersenyum sambil mengusap rambut tebal hitam pekat Naya seraya berkata, "Ya kali aja kamu bosan terus terusan minum boba,"

"Mungkin saja suatu saat nanti aku mulai bosan minum boba, tapi kayaknya aku gak akan ada bosannya terus menerus hidup bersma kamu, hayoooo" Timpal Naya sambil memegang tangan Qinan.

"Yasudah, kamu tunggu di sini putri keong, pangeran kodok hendak membeli dulu minumam bobanya, jangan kemana-mana ya! tetaplah menetap dihatiku," Balas Qinan penuh candaan

Mereka berdua tertawa bersama-sama dengan candaan yang mereka lempar masing-masing, Qinan dan Naya sudah mau hampir tiga tahun menjalin hubungan, orang tuanya sudah pada mengetahui dan sudah merestui hubungan mereka, tentunya. Sambil menunggu Qinan, Naya duduk santai membaca buku novel karya Shoji Simaday, novel bertema detective dengan judul The Tokyo Zodiak Murder, baik itu Naya atau Qinan, mereka bedua sama-sama gemar membaca buku buku bertemakan detective, mulai dari buku-bukunya Sherlock Holmes, Agatha, dan komik Detective Conan.

Dari arah sebebah kanan, terlihat dua orang berhelm mengendarai motor dengan kencang menuju arah Naya, saat tepat dihadapan Naya, tiba-tiba motor itu berhenti dan salah satu dari mereka menyiramkan air keras ke wajahnya sedang yang satunya lagi mengambil tas dan handphone milik Naya. Sontak Naya menjerit kesakitan, matanya tak bisa di buka, meraung kesakitan, perih bercampur dengan panas, menangis menjerit sehingga orang-orang mulai menghampiri, sebagian lagi berteriak, "Copeeet, copeeeet, copeeeet."

Teriakan copet dari pada orang-orang terdengar oleh Qinan, di tengah teriknya panas matahari, tatapan Qinan langsung tertuju ke arah di mana Naya menunggu, merasa keheranan sekaligus penasaran karena ditempat tersebut banyak orang berkumpul ditambah terdengar samar-samar rintihan orang kesakitan, dalam benaknya ia mengenali rintihan dan suara meminta tolong, Naya, ya dalam benak Qinan terlintas nama Naya kekasihnya, sontak ia lari, boba yang dipesannya dijatuhkan. Saat sampai dan menerobos masuk kerumunan orang, Qinan kaget mendapati Naya terbaring gulang guling memegang menutupi wajahnya, mendapati hal itu, Qinan setengah tidak percaya apa yang dia lihat dihadapannya, dahinya mengerut, matanya berkaca-kaca, air matanya berontak keluar menetes membasahi pipinya, dia langsung memeluk Naya dan meminta tolong untuk dibawakan ke Rumah Sakit.

Satu minggu dari peristiwa naas itu, Naya dirawat di salah satu rumah sakit, RS Metropolitan Medical Centre. Kedua orang tua Qinan menangis setiap menjenguk untuk melihat perkembangan Naya calon mantunya, begitu juga kedua orang tuanya Naya, mereka tak bisa berbuat apa-apa, rasa duka melanda mereka semua, hanya mampu saling menguatkan. Qinan apa lagi, merasa terpukul dan bersalah karena tidak mampu menjaga kekasihnya, ditambah laporan dari polisi belum bisa menangkap sang pelaku. Dokter yang menangani Naya juga berkata dengan penuh sesal, bahwasanya kedua mata Naya sudah tidak lagi bisa berfungsi, singkatnya mengalami kebutaan total, semakin menjadi-jadi kesedihan diantara mereka semua. Kalau pun Naya ingin bisa melihat kembali, harus ada pendonor mata lengkap dengan segala macam prosedurnya.

Akhirnya Naya di bawa pulang ke rumahnya, Naya yang terkenal pandai bercanda dan melempar gombalan-gombalan manisnya, semua itu sirna, ia menjadi pendiam, jangan pun untuk menanggapi candaan dari Qinan yang niatnya menghibur, tersenyum saja tidak bisa, ia merasa terpukul dengan kenyataan yang menimpanya. Sesekali ia berkata, saat suatu malam Qinan menjenguknya, Naya berkata, "Sekarang aku sudah tidak secantik dulu lagi, mataku juga buta, aku tidak bisa melihat lagi wajahmu, aku juga merasa tidak pantas untuk memilikimu," Mendengar ucapan Naya, Qinan tak bisa menahan air mata, ia berusaha kuat meski beberapa tetesan air mata keluar, Qinan berkata sambil memeluknya, "Aku tak perduli dengan wajahmu yang sekarang, aku juga tidak perduli degan kedua matamu, aku tak tahu apakah cinta sejati memang memerlukan alasan atau syarat, saat aku ditanya mengenai hal itu, aku tidak bisa mejawabnya, karena bagiku cinta sejati bukanlah soal keindahan alasan dan syarat, melainkan bagaimana seorang pasangan memerlakukan kekasihnya dengan penuh rasa kasih sayang dan tanggung jawab."

Sekian bulan berlalu, Naya dengan kediriannya belum kembali, kepribadian Naya yang riang hilang, terganti dengan Naya yang pendiam dan amat susah diajak bercanda, pernah suatu Hari Qinan berinisiatif membuat sendiri minuman boba dan batagor makanan kesukaannya Naya, ia juga berinisiatif membawa kawan yang pandai main gitar untuk membantu menghibur Naya dengan Qinan bernyanyi lagu kesukaannya Naya. Sayang, semua inisiatif itu tak mengubah sedikitpun, Naya tetap Naya yang sekarang, hingga keluar kata-kata yang membuat baik Naya atau Qinan merasa terluka, "Kamu tidak akan merasakan apa yang aku rasakan, coba kalian ada di posisi aku sekarang ini, mau heuhh?" protes Naya kepada Qinan dan kepada siapapun yang mejenguknya untuk sekedar menghibur.

Setiap malam Qinan tak bisa tidur dengan nyenyak, perkataan Naya selalu terngiang-ngiang di telinganya, di mana pun dan kapan pun, bagaikan bayangan selalu mengikuti. Qinan diambang runtuh jiwanya, smerawut tak tahu apa yang harus ia lakukan, kemana ia harus mencari orang yang rela mendonorkan mata, hingga di ujung puncak kebimbangan, ia menulis sepucuk surat untuk Naya.

Tanggal 12 Februari, tanggal di mana Naya dilahirkan, biasanya Qinan dan Naya merayak hari ulang tahun dengan makan-makan bareng keluarga. Tapi hari ulang tahun ini berbeda, Qinan mengajak Naya keluar tanpa memberi tahu mau apa dan kemana kepada keluarga Naya dan keluarga Qinan sendiri. Ternyata sebelum Qinan menulis sepucuk surat, sore harinya Qinan mendatangi Dokter spesialis operasi Mata untuk melakukan pendonoran mata Qinan sendiri. Untuk siapa? untuk siapa lagi kalau bukan untuk keasihnya sendir, Naya. Berbagai persyaratan dan prosedur sudah Qinan pertimbangkan baik-baik. Hingga akhirnya Naya sendiri tidak menyadari saat hari ulang tahunnya itu apa yang sebenarnya Qinan lakukan untuknya.

Pasca operasi itu, Qinan memilih menghilang, bukan maksud untuk pergi meninggalkan, melainkan untuk menyendiri, merenungi apa yang sang takdir suratkan sampai sang takdir sendiri menggiring Qinan ke pelukan keksihnya, Naya. Semenjak Naya bisa melihat, ia lebih memilih menghabiskan hari-harinya di setiap senja dengan membaca surat dari Qinan.

Hai Cantik!

Di hari ulang tahunmu ini, aku bingung harus memberikan kado hadiah apa, mungkin dengan kado spesial ini kamu akan kembali menjadi Naya yang dulu, suka bercanda dan menebar tawa pada orang. Apa pun yang terjadi padamu, percayalah, aku akan selalu mencintaimu, aku harap kamu juga seperti itu. maafkan aku yang tak bisa menjagamu.

Aku titipkan kedua mataku padamu, aku melakukan ini dengan penuh kesenangna hati, aku juga ingin merasakan posisi seperti yang kamu katakan, benar, semua terlihat gelap. Tapi aku yakin, saat kamu bisa melihat lagi, setiap keindahan yang kamu lihat, aku juga akan melihatnya.

Oh, iya, aku juga mulai merekan video, aku bernyanyi lagu kesukaan kamu, mungkin bisa menghiburmu saat-saat merindukan aku. Tetap semangat, sayang. Aku mencintaimu

menatap foto mereka berdua saat pertama kali merayakan hari mereka jadian. Menonton rekaman video Qinan bernyanyi lagu Lovarian - Perpisahan Termanis

Bila nanti kita berpisah
Jangan kau lupakan
Kenangan yang indah
Kisah kita

Jika memang kau tak tercipta
Untuk kumiliki
Cobalah mengerti
Yang terjadi

Bila mungkin memang tak bisa
Jangan pernah coba memaksa
'Tuk tetap bertahan
Di tengah kepedihan

Jadikan ini perpisahan yang termanis
Yang indah dalam hidupmu
Sepanjang waktu
Semua berakhir tanpa dendam dalam hati
Maafkan semua salahku
Yang mungkin menyakitimu

Semoga kelak kau 'kan temukan
Kekasih sejati
Yang 'kan menyayangi
Lebih dariku

Begitulah suratan takdir mewarnai kehidupan manusia, terkadang hal-hal yang tak terbayangkan begitu cepat terjadi tanpa terduga, sedangkan hal-hal yang kerap kali dibayangkan dan direncanakan jauh dengan kenyataan.

8
$ 7.79
$ 7.73 from @TheRandomRewarder
$ 0.05 from @radenkusumo
$ 0.01 from @sihuda
Avatar for wahyunugraha
2 years ago

Comments

Koyoy manuhan ta bush eg sabot ine !! Pwdy buwad ang serut ta manobo???

$ 0.00
2 years ago

you can speak english? I don't understand what are you speak.

$ 0.00
2 years ago

Aktifkan blok sponsor nya teman. Semoga itu bisa juga membantumu.

$ 0.00
2 years ago

saya baru satu minggu ini gabung di read cash, belum terlalu faham dengan seluk beluk main di read cash. saya coba coba dulu, ya heuheu rimakasih sarannya, sobat.

$ 0.00
2 years ago

Saya baru belajar juga bang. Sama sama bang.

$ 0.00
2 years ago

klik bagian mana itu bang kalau mau aktifkan blok sponsor?

$ 0.00
2 years ago